Tunggu dulu, sekilas kalau dibaca judulnya, akan seolah ada yang salah dengan Pletok dan Kerak..hehe, bukan itu yang saya maksud, saya cuma ingin share sedikit cerita pengalaman saya waktu Festival Jalan Jaksa Kemarin.Begini ceritanya, bangnon!
Bir Pletok
Oke, saya memang baru pertama kalinya mencoba minuman khas betawi yang satu ini, sebetulnya bukan yang pertama kalinya banget, karena sebelumnya saya sudah pernah mencoba versi instantnya ( bubuk ) mereknya cukup terkenal kok bangnon, itu lhoo..satu merek sama minuman bubuk jeruk yang terkenal itu :D.
Saya mencobanya selesai bertugas, di tenda tempat peristirahatan para pegawai Sudin dan juga tamu-tamu, disitu ada sebuah buffet yang berisi nasi uduk lengkap dengan semua lauk-pauknya, kue-kue jajanan pasar ala betawi, yang sayangnya keduanya saya tidak sempat mencobanya. Rasa haus yang menguasai karena suasana yang cukup panas malam itu ditambah dengan jas Abang yang saya kenakan semakin membuat saya tergoda melihat minuman berwarna merah itu, dan ditambah dengan es disampingnya.
Pada saat gelas didekatkan, tercium dengan jelas aroma pandan yang sangat wangi....tegukan pertama, di lidah terasa sekali rasa campuran antara kayu secang sejenis kayu manis dan rempah2 yang begitu kaya rasa, namun begitu cairan tiba ditenggorokan , keluar lah rasa jahe yang khas yaitu rasa hangat yang langsung menyelimuti tubuh hingga ke belakang leher, tapi pada saat yang bersamaan, segar, karena saya memasukkan es batu cukup banyak.Wah, ternyata rasa Bir Pletok yang asli jauh berbeda dengan yang instant, yang ini jauh lebih enak!
Kerak Telor
Terakhir kali saya makan kerak telor itu kira2 lebih dari 3 tahun yang lalu, wajar kalau saya lupa, maka sebelum meninggalkan lokasi Festival, saya , None Fira dan Abang Ferdi yang kebetulan saat itu sedang kelaparan, memutuskan untuk membeli kerak telor.
Meskipun makan kerak telornya sepiring berdua dengan None Fira, tapi ternyata makanan ini cukup mengenyangkan, karena memang bahan dasarnya adalah beras ketan, yang tentunya lebih padat daripada beras putih biasa.
Rasa gurih yang luarbiasa saya rasakan karena adanya serundeng kelapa serta bubuk ebi didalam adonan kerak telor ini, dan aroma yang super sedap dihasilkan oleh taburan bawang goreng yang cukup banyak, cukup untuk membuat nafas kami bertiga menjadi harum :D
Sayangnya menurut saya kerak telor yang saya makan kekurangan dua rasa: Kurang asin dan Kurang Pedas!, entah itu selera atau memang kerak telor yang ideal ya yang seperti ini.
Budaya Mengakar Yang Salah
Budaya yang seperti apa sih yang salah? begini bangnon, ada dua budaya yang sudah mengakar dan mengalir di darah rakyat pada umumnya : Materialistis , dan Basket Eye alias Mata Keranjang, atau biasa disebut dengan "pervert".
Dua hal ini sebetulnya tidak bisa dibilang budaya, tapi adalah kebiasaan masyarakat yang memang suka tidak suka sudah menjadi kebiasaan dan hal yang umum, terutama pada masyarakat kalangan bawah.
Pada Festival jalan jaksa kemarin saya dan None Fira mengalami nya, yang pertama adalah waktu saya berjalan diantara kerumunan pengunjung festival untuk menuju ke Hotel. Didepan saya ada seorang wanita yang mendadak bergerak mundur dan menabrak saya dengan cukup keras, ternyata karena dia "dipegang" oleh salah seorang pengunjung pria yang berada tidak jauh dari posisi saya berdiri.
Yang kedua adalah pengalaman None Fira, dimana didepan matanya sendiri seorang Wisatawan Asing dicopet oleh tiga orang sekaligus, sampai si wisatawan tersebut super panik karena HP nya hilang.
Dua hal seperti ini adalah faktor buruk yang menurut saya, besar atau kecil pasti memberikan pengaruh pada pariwisata Jakarta, bagaimana cara menghilangkannya? saya pun tidak tahu...
Oleh Abang Ferre Risky
Foto : Abang Adit dan Abang Google
No comments:
Post a Comment