Punya pertanyaan, kritik dan saran seputar Abang None Jakarta Pusat? Hubungi kami di info@abnonjakpus.org

Wednesday, January 2, 2013

Berkumpul Kembali di Tugu Tani


Setelah masa karantina dan malem grand final berlalu, finalis Abnon Jakpus 2012 reuni kembali. Kali ini di Tugu Tani. Nih ceritanye.

Kebanyakan warga Jakarta lebih kenal Tugu Tani daripada nama aslinya, Patung Pahlawan. Kagak heran, karena patung perunggu itu ngegambarin seorang petani pake topi caping dan bawa senapan. Di sampingnya berdiri seorang ibu yang memberi sesuap nasi buat si patung pria.

Patung Pahlawan yang lokasinya ada di Segitiga Menteng, Jakarta Pusat ini merepresentasikan hubungan Indonesia dengan Uni Soviet. Kelompok anti-komunis masih nyaring bersuara bahkan di masa damai seperti sekarang ini.

Meski make topi caping khas petani yang marak ditemui di daerah-daerah di Indonesia, si patung pria bukan sekedar petani. Terlihat dari senapan yang disandangnya. Tangannya seakan meraih nasi yang ditawarkan sang ibu, namun pandangannya terpaku ke depan, menggambarkan seorang pria kokoh siap untuk berperang.

Jelas bahwa patung pria ini merupakan pahlawan kemerdekaan yang hendak memerangi tentara kolonial Belanda. Tapi permasalahannya adalah Patung Pahlawan ini ternyata hasil karya seniman asal Uni Soviet, yakni Matvey dan Ossip Manizer.

Dalam kunjungan resmi Presiden Indonesia pertama Soekarno ke Uni Soviet pada akhir tahun 50-an, ia kagum ngeliat patung-patung yang tersebar di kota Moskow. Soekarno pun dikenalin dengan perancang patung ternama, duo ayah-anak Manizer itu. Bung Karno kemudian meminta kepada mereka untuk membangun sebuah monumen yang menunjukkan perjuangan kemerdekaan.

Setelah diundang Bung Karno, kedua Manizer ini mengunjungi Indonesia di awal tahun 60-an. Ketika berkeliling pulau Jawa, mereka mendengar sebuah cerita tentang seorang ibu yang rela anaknya pergi membela bangsa. Si ibu pun dengan mulianya mengingatkan si anak, walaupun berada di medan perang, agar tidak pernah melupakan orang tuanya.

Matyev dan Ossip Manizer pun kembali ke negaranya. Terinspirasi oleh cerita yang didapat selama kunjungan di pulau Jawa, mereka merekreasi adegan itu dan mengirim patung itu dengan kapal laut untuk Indonesia pada tahun 1963 sebagai hadiah.

Komunisme sampe sekarang emang masih jadi topik yang sensitif di Indonesia. Sejarah mencatat (atau tidak mencatat) kalo ada jutaan orang yang terasosiasikan dengan komunisme dibantai sekitar tahun 60-an. Kelompok-kelompok anti-komunis pun sampe sekarang masih menyerukan supaya Tugu Tani dimusnahkan, karena pemahatnya adalah orang komunis.

Namun, kite harus ngeliat Patung Pahlawan dari segi historisnya. Laksamana plakat yang ada di bawah patung berbunyi: "Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar."


Teks: Bang Qowi
Foto: Abnon Jakpus

No comments:

Post a Comment